PENYAKIT TANAMAN
I.
DEFINISI ATAU ISTILAH
Tanaman
yang merupakan tumbuhan yang diusahakan dan diambil manfaatnya, dapat ditinjau
dari dua sudut (pandangan) :
1.
Sudut BIOLOGI yang berarti organisme yang
melakukan kegiatan fisiologis seperti tumbuh, berpihak dan lain-lain.
2.
Sudut EKONOMI yang berarti penghasil bahan
yang berguna bagi manusia seperti buah, biji, bunga, daun, batang dan
lain-lain.
Sedang
penyakit sendiri sebenarnya berarti proses di mana bagian-bagian tertentu dari
tanaman tidak dapat menjalankan fungsinya dengan sebaik-baiknya.
Patogen
atau penyebab penyakit dapat berupa organisme, yang tergolong dalam dunia
tumbuhan, dan bukan organisme yang biasa disebut fisiophat. Sedangkan organisme
dapat dibedakan menjadi : parasit dan saprofit
Sumber
inokulum atau sumber penular adalah tempat dari mana inokulum atau penular itu
berasal dan sesuai dengan urutan penularannya dibedakan menjadi sumber penular
primer, sumber penular sekunder, sumber penular tertier dan seterusnya.
Selama
perkembangan penyakit dapat kita kenal beberapa peristiwa yaitu :
1. Inokulasi adalah jatuhnya inokulum pada
tanaman inangnya.
2. Penetrasi dalah masuknya patogen ke dalam
jaringan tanaman inangnya.
1.
Infeksi
adalah interaksi antara patogen dengan tanaman inangnya.
2.
Invasi
adalah perkembangan patogen di dalam jaringan tanaman inang. Akibatnya adanya
infeksi dan invasi akan timbul gejala, yang kadang-kadang merupakan rangkaian
yang disebut syndrom. Pada gejala itu sering kita jumpai adanya tanda,
misalnya tubuh buah atau konidi. Sehubungan dengan peristiwa-peristiwa di atas
terjadilah :
3.
Periode
(masa) inkubasi yaitu waktu antara permulaan infeksi dengan timbulnya gejala
yang pertama. Namun demikian di dalam praktek sering dihitung mulai dari
inokulasi sampai terbentuknya sporulasi pada gejala pertama tersebut hingga
waktunya menjadi jauh lebih panjang.
4.
Periode
(masa) infeksi adalah waktu antara permulaan infeksi sampai reaksi tanaman yang
terakhir, untuk inipun biasanya dihitung mulai saat inokulasi.
Siklus
atau daur penyakit adalah rangkaian kejadian selama perkembangan penyakit. Di
samping itu ada yang disebut siklus hidup patogen yaitu perkembangan patogen
dari suatu stadium kembali ke stadium yang sama. Siklus ini biasanya dapat
dibedakan menajdi :
1.
Stadium Patogenesis adalah stadium patogen di mana berhubungan dengan jaringan
hidup tanaman inangnya.
1.
Stadium
Saprogenesis adalah stadium patogen di mana tidak berhubungan dengan jaringan
hidup tanaman inangnya .
Berdasarkan
kondisi sel yang dipakai sebagai sumber makanannya maka parasit atau patogen
dapat dibedakan menjadi :
1.
Patofit apabila parasit itu mengisap makanan dari sel inang yang masih hidup.
2.
Pertofit apabila parasit itu mengisap makanan dari sel inang yang dibunuhnya
lebih dahulu.
Faktor
yang mempengaruhi dapat tidaknya tanaman diserang oleh patogen, dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu :
1.
Predisposisi apabila faktor yang menyebabkan kenaikan kerentanan atau penurunan
ketahanan itu berupa faktor luar seperti suhu, kelembaban dan lain-lain.
2.
Disposisi apabila faktor yang menyebabkan kenaikkan kerentanan itu berasal dari
dalam artinya bersifat genetis atau bawaan.
Berdasarkan
ekspresinya penyakit dapat dibedakan menjadi :
1.
Endemi (Enfitosis) yaitu penyakit yang selalu timbul dan menyebabkan kerugian
yang cukup berarti.
2.
Epidemi (Epifitosis) yaitu penyakit yang timbulnya secara berkala dan
menimbulkan kerugian yang cukup berarti.
3.
Sporadis yaitu penyakit yang timbulnya tidak menentu dan tidak menimbulkan
kerugian yang berarti.
Tanggapan
tanaman inang terhadap patogen dapat merupakan sifat dari tanaman inang
tersebut dan dapat dibedakan menjadi :
1.
Tahan apabila dalam keadaan biasa tanaman tersebut tidak dapat diserang
oleh patogen.
2.
Rentan apabila dalam keadaan biasa tanaman tersebut dapat diserang oleh
patogen, jadi merupakan lawan dari tahan.
3.
Toleran apabila dalam keadaan biasa dapat menyesuaikan diri dengan
patogen yang berada dalam jaringan tubuhnya sehingga tidak mempengaruhi
kemampuan produksinya.
Bentuk
yang ekstrem dari ketahanan tersebut disebut Kekebalan sedang bentuk
ekstrem dari toleran disebut Inapparency, artinya dalam keadaan yang
bagaimanapun juga tetap memiliki sifat tersebut.
ARTI PENYAKIT TUMBUHAN BAGI
MASYARAKAT
Pada
tahun seribuan di Eropa timbul penyakit pada manusia yang banyak menyebabkan
kematian. Penyakit itu disebut Ergotisme. Penyakit ini ternyata disebabkan
karena penderita memakan roti yang terbuat dari tepung rogge atau rye (Secale
coreale), yang terserang oleh jamur Clavicopes purpurea. Jamur ini
menghasilkan racun pada tepung yang tidak rusak meskipun sudah dimasak menjadi
roti, hingga masih tetap menyebabkan kematian bagi manusia yang memakannya.
Pada
tahun 1845 timbul penyakit pada kentang yang disebut bercak daun (late blight)
yang disebabkan oleh jamur Phytophtora infestans di Eropa dan Amerika.
Penyakit ini di Irlandia selama tahun 1845-1860 menyebabkan bahaya kelaparan
dan kematian sebanyak satu juta penduduk yang meliputi 1/8 dari seluruh jumlah
penduduk negara tersebut sedang yang 1,5 juta terpaksa mengadakan emigrasi ke
negara lain.
Pada
tahun 1880 timbul penyakit pada kopi yang disebut penyakit karat daun
disebabkan oleh jamur Homileia vastatrix. Jamur ini memusnahkan kopi
jenis Arabica yang juga dikenal sebagai kopi Jawa. Untuk mengatasi penyakit ini
perkebunan kopi di Philipina diganti menjadi kebun kelapa sedang di Srilangka
diganti menjadi perkebunan teh. Di Indonesia perkebunan kopi tetap dipertahankan,
sebagai ganti jenis Arabica mula-mula ditanam kopi Liberica, tetapi jenis ini
hancur juga lalu diganti dengan jenis Robusta. Jenis yang terakhir ini meskipun
mutu bijinya lebih rendah tapi produksinya lebih tinggi sehingga nilai
ekonominya hampir sama saja. Sekarang ini jenis kopi Arabica hanya terdapat di
daerah yang tinggi saja seperti di Ijen dan Toraja. Sekarang dicoba menanam
hibrida antara kopi Arabica dengan Robusta untuk menaikkan mutu biji dan
mempertahankan produksi, yang disebut kopi jenis Arabusta. Tetapi usaha ini
banyak mengalami kesukaran.
Pada
permulaan abad 19 timbul penyakit pada tebu yang disebut penyakit sereh oleh
virus Nanus sachori. Sebelum dapat diketahui dengan pasti patogen ini
sempat menjadi teka-teki antara penyakit fisiologis dan penyakit parasiter.
Penyakit ini pertama-tama diatasi dengan menanam bibit yang berasal dari
pegunungan yang dikenal dengan tebu import. Tetapi cara ini banyak mengalami
kesukaran hingga perkebunan tebu hampir saja gulung tikar. Untuk mengatasi
bahaya yang gawat ini pemerintah mendirikan tiga kali balai penelitian tebu,
yang akhirnya balai penelitian yang ada di Pasuruan menemukan jenis tanah yang
terkenal dengan nama POJ (Proefstation Ost Java). POJ ini merupakan hasil
persilangan antara tebu (Sacharum offisinarum) dengan glagah (Sacharum
spontaneum). Hibrida inilah yang menyelamatkan perkebunan tebu itu.
Pada
tahun 1850-an timbul penyakit pada padi yang disebut penyakit mentek
yang penyebabnya belum diketahui dengan pasti. Penyakit ini menyerang ribuan
hektar sawah dan menimbulkan kerugian ribuan ton, tetapi akhirnya ditemukan
jenis yang tahan. Penyakit tersebut sekarang diduga sama dengan penyakit tungro
yang disebabkan oleh virus.
Pada
abad terakhir ini timbul penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) yang
disebabkan oleh makhluk semacam bakteri. Penyakit ini sangat merugikan karena
selain memperkecil ukuran buah jeruk juga mengurangi jumlahnya, bahkan akhirnya
dapat mematikan tanaman jeruk. Penyakit ini belum dapat diatasi dengan cara apapun.
Salah satu usaha untuk memperpanjang umur ekonomi adalah dengan cara infus
menggunakan antibiotika Oxy tetracicline, sebab cara eradikasi tidak dapat
dilaksanakan di Indonesia ini.
Beberapa
tahun terakhir ini timbul penyakit cacar daun cengkeh (CDC) yang disebabkan
oleh jamur Phylosticta sp. Di Lampung meskipun baru beberapa tahun boleh
dikata hampir memusnahkan perkebunan cengkeh di sana. Dalam tahun 1982/1983
saja di propinsi tersebut menghabiskan biaya pengendalian sebesar 9 milyar
rupiah. Penyakit ini sudah terdapat di propinsi-propinsi yang lain seperti Jawa
Barat, Jawa Tengah dan lain-lain.
RANGKUMAN.
Ilmu
Penyakit Tumbuhan adalh ilmu yang mempelajari kerusakan yang disebabkan oleh
organisme yang tergolong ke dalam dunia tumbuhan seperti Tumbuhan Tinggi
Parastis, Ganggang, Jamur, bakteri, Mikoplasma dan Virus. Kerusakan ini dapat
terjadi baik di lapangan maupun setelah panen.
Penyakit
tumbuhan dapat ditinjau dari dua sudut yaitu sudut biologi dan sudut ekonomi,
demikian juga penyakit tanamannya. Di samping itu untuk mempelajari Ilmu
Penyakit Tumbuhan perlu diketahui beberapa istilah dan definisi yang penting.
Kerusakan
yang ditimbulkan oleh penyakit tumbuhan dapat menimbulkan kerugian yang sangat
besar terhadap masyarakat. Kerusakan ini selain disebabkan oleh karena
hilangnya hasil ternyata juga dapat melalui cara lain yaitu menimbulkan
gangguan terhadap konsumen dengan adanya racun yang dihasilkan oleh jamur dalam
hasil pertanian tersebut.
2. GEJALA PENYAKIT TUMBUHAN
Di
dalam mempelajari ilmu penyakit tumbuhan (Fitopatologi) sebelum seseorang
melangkah lebih lanjut untuk menelaah suatu penyakit secara mendalam, terlebih
dahulu harus bisa mengetahui tumbuhan yang dihadapi sehat ataukah sakit. Untuk
keperluan diagnosis, maka pengertian tentang tanda dan gejala perlu diketahui dengan baik.
Gejala
dapat setempat (lesional)atau meluas (habital, sistemik). Gejala dapat
dibedakan yaitu gejala primer dan sekunder. Gejala primer terjadi pada bagian
yang terserang oleh penyebab penyakit. Gejala sekunder adalah gejala yang
terjadi di tempat lain dari tanaman sebagai akibat dari kerusakan pada bagian
yang menunjukkan gejala primer.
Berdasarkan
perubahan-perubahan yang terjadi di dalam sel, gejala dapat dibagi menjadi tiga
tipe pokok yaitu :
a.
Gejala-gejala Nekrotis : meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena adanya kerusakan pada
sel atau matinya sel.
b.
Gejala-gejala Hypoplastis : meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena terhambatnya atau
terhentinya pertumbuhan sel (underdevelopment).
c.
Gejala-gejala Hyperplastis : meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena pertumbuhan sel yang
melebihi biasa (overdevelopment).
A.
Tipe Nekrotis meliputi :
1.
Hidrosis : sebelum sel-sel mati biasanya bagian tersebut terlebih dahulu tampak
kebasah-basahan. Hal ini karena air sel keluar dari ruang sel masuk ke dalam
ruang antar sel.
2.
Klorosis : rusaknya kloroplast menyebabkan menguningnya bagian-bagian tumbuhan
yang lazimnya berwarna hijau.
3.
Nekrosis : bila sekumpulan sel yang terbatas pada jaringan tertentu mati,
sehingga terlihat adanya bercak-bercak atau noda-noda yang berwarna coklat atau
hitam. Bentuk bercak ada yang bulat, memanjang, bersudut dan ada yang tidak
teratur bentuknya.
4.
Perforasi (shot-hole) atau bercak berlobang : terbentuknya
lubang-lubang karena runtuhnya sel-sel yang telah mati pada pusat bercak
nekrotis.
5.
Busuk
: gejala ini sebenarnya sama dengan gejala nekrosis tetapi lazimnya istilah
busuk ini digunakan untuk jaringan tumbuhan yang tebal. Berdasarkan keadaan
jaringan yang membusuk, dikenal istilah busuk basah (soft rot) dan busuk kering
(dry rot). Bila pada jaringan yang membusuk menjadi berair atau mengandung
cairan disebut busuk basah, sebaliknya bila bagian tersebut menjadi kering
disebut busuk kering.
6.
Damping off atau patah rebah : rebahnya tumbuhan yang masih muda (semai) karena
pembusukan pangkal batang yang berlangsung ssangat cepat. Dibedakan menjadi dua
yaitu :
- Pre Emergen Damping off :
bila pembusukan terjadi sebelum semai muncul di atas permukaan tanah.
- Post Emergen Damping off : bila
pembususkan terjadi setelah semai muncul di atas permukaan tanah.
7.
Eksudasi atau perdarahan : terjadinya pengeluaran cairan dari suatu tumbuhan karena penyakit.
Berdasarkan cairan yang dikeluarkan dikenal beberapa istilah yaitu :
- Gumosis : pengeluaran gom (blendok) dari
dalam tumbuhan.
- Latexosis : pengeluaran latex (getah) dari
dalam tumbuhan.
- Resinosis : pengeluaran resin (damar) dari
dalam tumbuhan.
8.
Kanker :
terjadinya kematian jaringan kulit tumbuhan yang berkayu misalnya akar, batang
dan cabang. Selanjutnya jaringan kulit yang mati tersebut mengering, berbatas
tegas, mengendap dan pecah-pecah dan akhirnya bagian itu runtuh sehingga
terlihat bagian kayunya.
9.
Layu :
hilangnya turgot pada bagian daun atau tunas sehingga bagian tersebut menjadi
layu.
10. Mati Ujung :
kematian ranting atau cabang yang dimulai dari ujung dan meluas ke batang.
11. Terbakar : mati dan
mengeringnya bagian tumbuhan tertentu laximnya daun, yang disebabkan oleh
patogen abiotik. Gejala ini terjadi secara mendadak.
B. TIPE HIPOPASTIS meliputi
1. Etiolasi : tumbuhan menjadi pucat, tumbuh
memanjang dan mempunyai daun-daun yang sempit karena mengalami kekurangan
cahaya.
2. Kerdil (atrophy) : gejala
habital yang disebabkan karena terhambatnya pertumbuhan sehingga ukurannya
menjadi lebih kecil daripada biasanya.
3. Klorosis : terjadinya penghambatan
pembentukan klorofil sehingga bagian yang seharusnya berwarna hijau menjadi
berwarna kuning atau pucat. Bila pada daun hanya bagian sekitar tulang daun
yang berwarna hijaumaka disebut voin banding. Sebaliknnya jika bagian-bagian
daun di sekitar tulang daun yang menguning disebut voin clearing.
4. Perubahan simetri : hambatan pertumbuhan pada
bagian tertentu yang tidak disertai dengan hambatan pada bagian di depannya,
sehingga menyebabkan terjadinya penyimpangan bentuk.
5. Roset : hambatan pertumbuhan ruas-ruas
(internodia) batang tetapi pembentukan daun-daunnya tidak terhambat, sebagai
akibatnya daun-daun berdesak-desakan membentuk suatu karangan.
C. TIPE HIPERPLASTIS meliputi
1. Erinosa : terbentuknya banyak trikom
(trichomata) yang luar biasa sehingga pada permukaan alat itu (biasanya daun)
terdapat bagian yang seperti beledu.
2. Fasiasi (Fasciasi,
Fasciation)
: suatu organ yang seharusnya bulat dan lurus berubah menjadi pipih, lebar dan
membelok, bahkan ada yang membentuk seperti spiral.
3. Intumesensia (intumesoensia) : sekumpulan sel pada
daerah yang agak luas pada daun atau batang memanjang sehingga bagian itu
nampak membengkak, karena itu gejala ini disebut gejala busung (cedema).
4. Kudis (scab) : bercak atau noda kasar,
terbatas dan agak menonjol. Kadang-kadang pecah-pecah. Di bagian tersebut
terdapat sel-sel yang berubah menjadi sel-sel gabus. Gejala ini dapat dijumpai
pada daun, batang, buah atau umbi.
5. Menggulung atau mengeriting : gejala ini disebabkan
karena pertumbuhan yang tidak seimbang dari bagian-bagian daun. Gejala
menggulung terjadi apabila salah satu sisi pertumbuhannya selalu lebih cepat
dari yang lain, sedang gejala mengeriting terjadi apabila sisi yang
pertumbuhannya lebih cepat bergantian.
6. Pembentukan alat yang luar
biasa :
a.
Antolisis
(antholysis) : perubahan dari bunga menjadi daun-daun kecil.
b.
Enasi
: pembentukan anak daun yang sangat kecil pada sisi bawah tulang daun.
7. Perubahan Warna : perubahan yang dimaksud di
sini adalah perubahan yang bukan klorosis yang terjadi pada suatu organ (alat
tanam).
8. Prolepsis : berkembangnya tunas-tunas
tidur atau istirahat (dormant) yang berada dekat di bawah bagian yang sakit,
berkembang menjadi ranting-ranting segar yang tumbuh vertikal dengan cepat yang
juga dikenal dengan tunas air.
9. Rontoknya alat-alat : rontoknya daun, bunga atau
buah yang terjadi sebelum waktunya dan dalam jumlah yang lebih besar dari
biasanya. Rontoknya alat tersebut karena terbentuknya lapisan pemisah
(abcission layar) yang terdiri dari sel-sel yang berbentuk bulat dan satu sama
lain terlepas.
10.
Sapu (witches broom) : berkembangnya tunas-tunas ketiak atau samping yang
biasanya tidur (latent) menjadi seberkas ranting-ranting rapat. Gejala ini
umumnya disertai dengan terhambatnya perkembangan ruas-ruas (internodia)
batang, daun pada tunas baru.
11.
Sesidia (cecidia) atau tumor : pembenkakan setempat pada jaringan tumbuhan
sehingga terbentuk bintil-bintil atau bisul-bisul. Bintil ini dapat terdiri
dari jaringan tanaman dengan atau tanpa koloni patogennya.
Berdasarkan
penyebabnya dibedakan menjadi :
a.
Fitosesidia
(phytocecidia) : bila penyebabnya tergolong dalam dunia tumbuhan.
b.
Zoosesidia
(zoocecidia) : bila penyebabnya tergolong dalam dunia hewan atau binatang.
RANGKUMAN
Pada
umumnya tanaman yang sakit akan menunjukkan gejala yang khusus. Gejala adalah
perubahan yang ditunjukkan oleh tumbuhan itu sendiri sebagai akibat adanya
serangan suatu penyebab penyakit. Seringkali beberapa penyebab penyakit
menunjukkan gejala yang sama sehingga dengan memperhatikan gejala saja, tidak
dapat ditentukan diagnosis dengan tepat. Dalam hal ini harus diperhatikan
adanya tanda (sign) dari penyebab penyakitnya.
Gejala
dalam garis besarnya dapat dibedakan menjadi tiga tipe gejala pokok, yaitu
gejala-gejala nekrotik, hyperplastik dan hiplastik. Dari masing-masing tipe
gejala pokok ini dapat dibedakan menjadi gejala-gejala yang lebih khusus lagi.
3. PENYEBAB PENYAKIT
Penyebab
penyakit (pathogen) tumbuhan dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu
kelompok biotik atau organis yang biasa disebut parasit dan kelompok abiotik
atau anorganik yang biasa disebut fisiopat. Parasit yang paling penting adalah
tumbuhan tingkat tinggi, jamur, virus dan nematoda, sedang fisiopat ada yang
berasal dari dalam tumbuhan sendiri dan ada yang datangnya dari luar tanaman.
A.
Tumbuhan Tinggi Parasitik
Tumbuhan
tinggi parasitik dapat dibedakan menjadi dua golongan :
1.
Tumbuhan Setengah Parasitik dan
2.
Tumbuhan
Parasitik Sejati.
B.
Jamur
Jamur
adalah jenis tumbuhan yang tumbuhnya berupa thallus (belum ada defferensiasi
menjadi akar, batang dan daun), tidak berklorofil dan mempunyai inti sejati.
Kedua sifat terakhir untuk membedakan dengan Gangang dan Bakteri.
Bagian
vegetatif jamur berupa benang-benang halus tumbuh memanjang bercabang-cabang, bersekat
atau tidak disebut hifa (hyphae), kumpulan dari hifa-hifa ini disebut miselium
(micelium). Berdasarkan ada tidaknya sekat, hifa dibedakan menjadi coenocytis
(yang tidak bersekat) dan celluler (yang bersekat).
Miselium
dapat membentuk berkas memanjang dan mempunyai lapisan luar yang liat dan
keras. Berkas semacam ini disebut rhizomorf. Ada pula jamur yang membentuk alat
untuk beristirahat atau bertahan disebut sclerotium, yaitu suatu massa hifa
yang rapat/padat, sel-selnya memendek dan membesar serta berisi banyak cairan.
PERKEMBANGBIAKAN
Jamur
dapat berkembang biak secara asexual maupun sexual. Pembiakan asexual : pada
Phycomycetes pembiakan asexual dengan pembentukan sporangiospora, yaitu spora
yang dibentuk di dalam kantong yang disebut sporangium. Sporangiospora yang
dapat bergerak disebut spora kembara (zoospora) sedang yang tidak dapat
bergerak disebut aplanospora. Pada golongan yang lebih tinggi dengan membentuk
konidi yaitu spora yang dibentuk dengan fragmentasi dari ujung hifa. Ujung hifa
disebut conidiophor (penduduk konidi). Conidiophor ini dapat tersebar, bebas
satu sama lain, tetapi ada juga yang terdapat di dalam tubuh buah tertentu.
Bentuk tubuh buah ini bermacam-macam, diantaranya :
- Pycnidium : tubuh buah yang berbentuk
bulat/botol, yang mempunyai lubang untuk keluarnya konidi, yang disebut
ostiole.
- Acervulus : tubuh buah yang bentuknya
seperti cawan..
- Sporodochium : tubuh buah yang bentuknya
seperti acervulus, tetapi stroma dasarnya menonjol keluar.
- Coremium : tubuh buah yang seperti
sporodochium tetapi tangkai konidinya membentuk suatu berkas yang panjang.
Pembiakan
sexual :
pada kelas Phycomycetes, pembiakan sexual berlangsung dengan persatuan antara
dua gamet yang sama baik ukuran maupun sifat morfologinya. Proses persatuan ini
disebut Isogami, sedang gametnya disebut Isogamet. Pada kelas yang lebih tinggi
tingkatannya terjadi persatuan antara dua gamet yang berbeda ukuran dan sifat
morfologinya. Proses perstuannya disebut Anisogami atau Heterogami, sedang
gametnya disebut anisogamet atau heterogamet.
Gamet
yang kecil dianggap sebagai jantan disebut antheridium, sedang yang besar
dianggap sebagai gamet betina disebut oosphere yang dibentuk di dalam oogonium.
Antheridium dapat melekat di samping oogonium disebut paragynus, atau melekat
pada pangkal oogonium disebut amphigynus. Pembiakan sexual pada Ascomycetes
terjadi dengan persatuan dua inti (kariogami) yang berbeda jenisnya di dalam
tubuh buah yang disebut ascoma (ascocarp). Hasil dari persatuan ini akan
terbentuk ascus dan dari ascus ini akan dibentuk ascospora yang pada umumnya
berjumlah delapan. Seperti halnya dengan konidi, ascus letaknya dapat tersebar
tetapi dapat pula terkumpul dalam tubuh buah tertentu, misalnya.
- Apothecium : tubuh buah yang berbentuk cawan/pinggan
yang terbuka, ascus terletak pada
permukaannya.
- Perithecium : tubuh buah berbentuk
bulat/botol dan pada ujungnya mempunyai lubang (ostiole) untuk keluarnya spora.
- Cleistothecium : tubuh buah berbentuk
bulat/botol tapi tidak mempunyai ostiole.
Pada
kelas Basidiomycetes pembiakan sexual terjadi dengan pembentukan basidiospora
yang berasal dari persatuan dua inti (kariogami) yang berbeda jenis, kemudian
mengadakan pembelahan secara meiosis. Basidiospora dibentuk di luar basidium
dan mempunyai tangkai yang disebut strigma. Pada umumnya setiap basidium
membentuk 4 basidiospora. Hymenium yang membentuk basidium biasanya terdapat
dalam tubuh buah yang dapat berbentuk payung, bola, rak, gada dan lain-lain.
TAXONOMI
Jamur
dibagi menjadi empat kelas yaitu :
Phycomycetes : jamur yang hifanya tidak bersekat,
berbentuk tabung yang berisi plasma dengan banyak inti.
Ascomycetes : jamur yang hifanya bersekat dan
mengadakan pembiakan sexual dengan membentuk ascus yang menghasilkan ascospora.
Basidiomycetes : jamur yang hifanya bersekat dan
mengadakan pembiakan sexual dengan membentuk basidium yang menghasilkan
basidiospora.
Deuteromycetes (Fungsi Imperfecti) : jamur yang
hifanya bersekat dan hanya berkembang biak secara asexual saja.
Kelas
Phycomycetes
: dari kelas ini ada tiga ordo yang penting yaitu ordo Chytridiales, ordo
Peronosporales dan ordo Mucorales.
Ordo
Chytridiales adalah ordo yang hifanya tidak berkembang sempurna. Salah satu
anggotanya yang penting adalah Synchytrium endobioticum, penyebab penyakit
kutil (wart) pada kentang.
Ordo
Peronosporales adalah ordo yang hifanya berkembang sempurna dan
perkembangbiakan asexual dengan cospora. Ordo ini mempunyai dua familia yaitu
Pythiacae dan Peronosporacae. Familia Pythiacae percabangan konififornya
aympodial dan tidak berbeda dengan hifa somatisnya. Famili ini mempunyai dua
genus yaitu Pythium, yang mempunyai sporangium bulat. Pada perkecambahan secara
tidak langsung protoplast sporangium keluar dan membentuk gelembung (vesicle)
selanjutnya mengalami deferenciasi membentuk zoospora di luar sporangium. Genus
kedua adalah Phytopthora, yang sporangiumnya berbentuk bulat telur, pada
perkecambahan secara tidak langsung protoplast sporangium mengalami
deferenciasi di dalam sporangium dan membentuk zoospora yang keluar melalui
lubang yang disebut papillum yang terdapat pada ujung sporangium. Genus ini
merupakan genus yang sangat penting karena anggotanya banyak yang menjadi
penyebab penyakit yang terpenting pada berbagai komoditi, seperti P. infestans,
P. nicotianse, P. parasitica, P. palmivora dan lain-lain. Familia
Peronospora menimbulkan penyakit yang dikenal dengan downy mildew (tepung
palsu). Konidiofor mempunyai percabangan monopodial dan jelas berbeda dengan
hifa somatis. Familia ini mempunyai beberapa genus antara lain Soleospora yang
anggotanya S. maydis, S. philippinensis; Plasmopora yang anggotanya P.
viticola; Peronospora yang anggotanya P. tabacina penyebab penyakit
jamur biru (blue mold) pada tembakau di Amerika.
Ordo
Mucorales mempunyai hifa yang berkembang sempurna dan perkembangbiakannya
dengan zygospora. Familianya adalah Mucoracae, kurang penting bagi penyebab
penyakit pada tanaman hidup di lapangan, tetapi sangat penting bagi penyebab
penyakit lepas panen atau di dalam industri. Genus yang penting, Rhizopus
mempunyai rhizoid pada pangkal konidiofornya dan sangat penting dalam pembuatan
tempe. Sedang Mucor tidak mempunyai rhizoid pada pangkal konidiofornya dan
sangat penting dalam pembuatan tape.
Kelas
Ascomycetes
: dibagi menjadi dua kelas berdasarkan ada tidaknya ascoma, yaitu sub kelas
Protoascomycetes (Hemiascomycetidae) yang tidak mempunyai ascoma dan
Euascomycetes yang mempunyai ascoma.
Sub
kelas Protoascomycetes tidak penting dari segi penyakit tumbuhan, tetapi salah
satu anggotanya yaitu Sacoharomycetes penting dalam industri pembuatan alkohol.
Sub
kelas Euascomycetes dibagi menjadi tiga seri berdasarkan macam ascomanya yaitu
seri Plectomycetes yang ascomanya Cleistothecium, seri Pyrenomycetes yang
ascomanya Perithecium dan seri Discomycetes yang ascomanya Apothecium.
Seri
Plectomycetes dibagi menjadi tiga ordo yaitu Erysiphales yang hifa dan
konidinya hialin, ordo Myriangiales yang hifa dan konidinya berwarna kelam dan
ordo Aspergillales yang hifa dan konidinya dapat berwarna kelam maupun hialin.
Anggota
Erysiphales yang penting adalah Oidium, misalnya O. tabaci, O. heveae dan
O. citri. Anggota Myriangiales
misalnya Parodiella spegasinli sedang anggota dari Aspergillales adalah genus
Aspergillus yang mempunyai columella dan genus Penicillium yang tidak mempunyai
columella (gelembung). Kedua genus ini sangat penting untuk penyakit lepas
panen dan beberapa di antaranya dapat mengeluarkan racun (toxin) yang berbahaya
bagi konsumen substratnya. Seri Pyrenomycetes mempunyai tiga ordo yaitu
Sphaeriales yang anggotanya banyak yang menjadi penyebab penyakit akar misalnya
Rosellinia arcuate, Rosellinia bunodes ; ordo Hypocreales yang sebagian
besar hifanya berubah menjadi klamidospora misalnya Ustilaginoidea virens;
ordo Dothideales yang salah satu anggotanya menjadi penyebab penyakit pada
karet yang sangat membahayakan yaitu Dothidella ulei.
Kelas
Basidiomycetes
: dibagi menjadi dua sub kelas berdasarkan ada tidaknya sekat di dalam basidia
yaitu sub kelas Homobasidiomycetidae atau Holobasidiomycetidae yang basidianya
tidak bersekat dan sub kelas Heterobasidiomycetidae atau Hemibasidiomycetidae
yang basidianya bersekat.
Sub
kelas Hemibasidomycetidae dibagi menjadi tiga ordo yaitu ordo Ustilaginales
atau jamur api karena menyebabkan penyakit yang gejalanya gosong dengan
miselium di dalam jaringan setelah tua akan berubah menjadi klamidospora; ordo
Uredinales atau jamur karat karena gejala penyakit yang ditimbulkannya berwarna
seperti karat (merah orange); ordo Auriculales yang mempunyai basidia dan
sterigma yang panjang, umumnya hidup secara saprofitis hingga kuran penting
bagi segi penyakit tumbuhan.
Ordo
Ustilaginales berdasarkan letak sporidia (basidiospora) pada basidia
(promiselia) dibagi menjadi dua famili, yaitu Ustilaginaceae yang sporidianya
terletak pada sisi lateral promiselianya misalnya Ustilago maudis, U.
sacohari dan familia Tilletiaceae yang sporidianya terletak pada ujung
terminal dari promiselianya misalnya Tilletia horrida.
Ordo
Uridinales merupakan kelompok jamur yang penting karena banyak menjadi penyebab
penyakit terpenting pada bermacam-macam tanaman dengan ciri-ciri :
1.
Miselliumnya
mengandung tetes-tetes minyak yang berwarna kuning,
2.
dalam
daur hidupnya yang lengkap mempunyai lima macam spora,
3.
berupa parasit obligat yang tumbuhnya
intercelluler dan mengambil makanannya dengan haustoria,
4.
Teliospora
bila berkecambah membentuk promiselia.
Macam-macam
spora yang terdapat dalam daur hidup yang lengkap :
Tanda
|
Tubuh Buah
|
Spora
|
Tingkat
|
O
|
Pycnia/Spermogonia
|
Pycniospora/Spermatina
|
Cluster
|
I
|
Aecia/Aecidia
|
Aeciospora/Aecidiospora
|
Cluster
|
II
|
Uredinia/Uredosori
|
Urediospora/Uredospora
|
Red rust
|
III
|
Telia/Teleutosori
|
Teliospora/Teleutospora
|
Black rust
|
IV
|
Promoselia
|
Sporodia/Basidiospora
|
--
|
Dua
genus dari ordo Uredinales yang sangat penting di Indonesia adalah Puccinia
yang menimbulkan banyak penyakit penting misalnya P. graminis, P. polysora,
P. arachidis dan genus Hemilela yang uredosporanya menyerupai segmen jeruk,
bagian yang cekung halus dan bagian yang cembung kasar misalnya H.
vastatrix.
Ordo
Auricularies, salah satu anggotanya yang terkenal adalah jamur kuping atau Auricularia
auriculariales yang bentuk tubuh buahnya seperti telinga berwarna coklat
atau kehitaman dan enak dimakan, yang di daerah Surakarta merupakan salah satu
ciri dari suatu makanan khas yaitu timlo.
Sub
kelas Holobasidiomycetidae yang hanya mempunyai satu sari penting yaitu
Humenomycetes dengan beberapa familia pentingnya, yaitu : Corticiaceae
yang tubuh buahnya resupinat artinya melekat pada substratnya, salah satu
anggotanya Corticium salmonicolor atau jamur upas; Exobasidiceae
yang tubuh buahnya dibentuk di bawah epidermis dan bila spora masak menekan
epidermis hingga pecah, salah satu anggotanya adalah Exobasidium vexans
penyebab penyakit cacar daun teh (blister blight) terutama di tempat-tempat
yang sangat lembab; Polyporaceas yang tubuh buahnya mempunyai banyak
pori-pori dan dapat beumue sangat panjang, misalnya Ganoderma pseudofereum yang
menjadi penyebab penyakit akar merah anggur pada bebrapa tanaman juga Poria
hypolateritia yang menjadi penyebab penyakit akar merah bata dan Fomes
lignosis penyakit akar putih yang banyak menimbulkan masalah pada
perkebunan karet; Agaricaceae umumnya
hidup saprofitis meskipun ada juga yang parasitis misalnya Armillaria mellea
yang merupakan penyebab penyakit akar dan kanker belah pada batang, Volvariella
volvacea yang merupakan jamur yang enak dimakan dengan nama daerah jamur
merang atau straw mushroom dan paling banyak diusahakan di beberapa negara
tropik; Hydnaceae yang paling kurang penting dibanding dengan familia
yang lain, salah satu anggotanya Hericium coralloides yang banyak
terdapat pada tonggak kayu-kayuan. Kelas Deuteromycetes atau Fungsi Imperfecti
: kelompok jamur ini dianggap tidak sempurna (imperfect) karena tidak
berkembang biak secara sexual atau mungkin belum dijumpai perkembangbiakan
sexualnya. Apabila kelak di kemudian hari dijumpai perkembangbiakan sexualnya
maka dipindahkan ke kelas yang sesuai, sebagai contoh Cercospora diubah menjadi
Mycosphaerelia masuk ke kelas Ascomycetes juga Oidium diubah menjadi Erysiphe.
Kelas
ini dibagi menjadi empat ordo berdasarkan ada tidaknya tubuh buah dan konidia,
yaitu ordo Phomales yang tubuh buahnya piknidium, ordo Melanconiales yang tubuh
buahnya acervulus, ordo Moniliales yang tidak punya tubuh buah dan ordo Mycelia
Sterilia yang tidak membentuk konidia.
Khusus
untuk jamur ini pembagian dari ordo ke taxon di bawahnya berdasarkan
konidianya. Sifat dari konidia yang digunakan untuk dasar pembagian adalah
warna menjadi hylosporae yang berwarna hialin dan phaeosporae yang berwarna
kelam/gelap; berdasarkan bentuk sel menjadi scolecosporae yang berbentuk
benang, helicosporae yang berbentuk spiral dan staurosporae yang berbentuk
bintang; berdasarkan jumlah sel menjadi amerosporae yang bersel satu,
didymosporae yang bersel dua, phragmosporae yang jumlah selnya lebih dari dua
tetapi sekatnya hanya melintang dan dictyosporae yang jumlah selnya lebih dari
dua dengan sekat melintang dan membujur. Kadang-kadang yang digunakan tidak
hanya satu misalnya dapat warna dan jumlah sel seperti Phaeophragmise,
Hylodictyae.
Ordo
Phomales yang hylasporae misalnya Phoma sabdariffeae penyebab penyakit
busuk pangkal batang pada rosela, Phylosticta sp. penyebab penyakit
cacar daun cengkeh; yang phaeodymae misalnya Diplodia natalensis
penyebab penyakit blendok pada jeruk, Botryodiplodia theobromae penyebab
kematian ranting coklat; yang scolacosporae misalnya Septoriapli penyebab
penyakit bercak daun pada seledri.
Ordo
Melanconiales yang hylosporae Colleototrichum dan Gloeosporim yang menyebabkan
penyakit antraknose pada beberapa buah-buahan; yang phaeophragmiae misalnya Pestalotia
(Pestalozzia) yang konidinya mempunyai satu atau dua bulu cambuk seperti P.
palmarum penyebab penyakit bercak daun pada palm.
Ordo
Moniliales yang hylosporae Oidium heveae penyebab penyakit embun tepung
pada karet sedang pada tembakau O. tabaci; yang Phragmosporae
Tiricularia orysea penyebab penyakit busuk leher atau hampat atau patah
buku pada padi, Helminthosporium heveae penyebab penyakit bercak daun
pada karet; yang dictyosporae Alternaria solani penyebab penyakit bercak
daun pada tanaman yang tergolong Solanaceae; yang Scolecosporae Cercospora
nicotianae penyebab penyakit patik pada tembakau. Selain itu ada jamur yang
konidinya dua macam disebut makro dan mikrokonidi, yaitu jamur Fusarium
misalnya F. nonilioforme penyebab penyakit bakanas pada padi, F.
moniliforme var subglutinanas penyebab penyakit pokah bunga pada
tebu.
Ordo
Mycelia sterilia mempunyai dua genus yang penting, yaitu Rhizoctonia yang
aklerotiumnya tidak berdinding misalnya R. solani penyebab penyakit
patah rebah pada persemaian beberapa tanaman dan genus Sclerotium yang
sklerotiumnya berdinding kuat misalnya S. rofsii juga penyebab penyakit
patah rebah pada persemaian beberapa tanaman.
C.
BAKTERI
Bakteri
meliputi divisio Schizophyta dan kelas Schizomycetes. Sifat utamanya terdiri
dari satu sel, berkembang biak terutama dengan membelah dan tidak mempunyai
inti sejati. Kelas Schizomycetes mempunyai lima ordo yaitu Eubacteriales,
Chlamydobacteriales, Myxobacteriales, Spirochaetales dan Actimycetales. Ordo
yang terakhir ini karena tidak memnuhi semua sifat-sifat bakteri pada umunya
sekarang disendirikan menjadi Actimycetes Like Bacterium (ALB). Diduga ALB ini
merupakan peralihan dari baketri ke jamur karena thallusnya sudah sperti
benang, tetapi intinya bukan inti sejati.
Genus-genus
pada bakteri yang penting adalah xanthomonas yang hanya mempunyai satu
flagellum atau bulu cambuk atau monotrich, misalnya X. campestris
penyebab penyakit busuk hitam pada kobis, X. ccryxae penyebab penyakit
kresek pada padi, X. malvacearum
penyebab penyakit bercak daun bersudut (angular leaf spot) pada kapas. Genus
Pseudomonas yang mempunyai satu atau beberapa flagellum atau bulu cambuk
disebut lophotrich, misalnya Pseudomonas pseudozoogloeae penyebab
penyakit karat hitam pada daun tembakau. Erwinia adalah genus yang mempunyai
bulu cambuk banyak atau peritrich, misalnya E. carotovora penyebab
penyakit busuk basah pada beberapa sayuran, juga E. aroidea. Genus
bacterium adalah genus yang sifatnya sementara (temporer), artinya bila sudah
jelas semua sifatnya mungkin dipindah ke genus yang lain seperti misalnya Bacterium
celebence dipindah jadi Xanthomonas celebensis, Basterium musae
dipindah menjadi Pseudomonas musae tetapi Bacterium albilinears
penyebab penyakit blendok pada tebu masih tetap tidak dipindah ke genus yang
lain.
Dari
ordo Actimycetales salah satu anggotanya yang penting adalah Streptomyces
scabies penyebab penyakiit kudis (scab) pada umbi kentang.
D.
VIRUS
Virus
hanya dapat membiak di dalam sel yang hidup dan disebut parasit yang biotroph.
Secara kimiawi virus terdiri dari nucleoprotein, suatu persenyawaan dari asam
inti dan putih telur.
Asam
inti pada virus dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu RNA atau Ribo Nuclei
Acid yang terdapat pada virus yang menyerang tumbuhan dan DNA atau Deoxy Nuclei
Acid yang terdapat pada virus yang menyerang hewan dan bakteri.
Putih
telur virus umumnya terdiri dari Purine dan Pyrymidine. Derivat dari Purine
adalah Adenine dan Guanine, sedangkan derivat dari Pyrimidine adalah Cytosine
dan Thymine yang mengikat DNA serta Cytosine dan Uracil yang mengikat RNA.
Pada
virus yang berbentuk batang ternyata di dalamnya terdapat rongga sebesar 9,0
nm. Asam inti pada virus tersebut berupa nucleotida yang membentuk spiral dan
setiap tiga nucleitida mengikat satu unit putih telur.
Virus
sebenarnya bentuknya macam-macam. Tetapi kita tidak dapat mengadakan
determinasi hanya berdasarkan bentuk atau morfologi saja, sebab di samping satu
virus bentuknya dapat berubah-ubah juga ada beberapa virus yang bentuknya sama.
Secara garis besar bentuk virus dibedakan atas bulat (coccus), batang pendek
(bacillus), batang biasa dan benang (filamen).
Virus
dapat menular dari suatu tanaman ke tanaman lain dengan berbagai cara antara
lain secara mekanis, melalui biji, dengan penyambungan atau penempelan dan yang
paling umum melalui vektornya yang dapat berupa serangga, nematoda, jamur,
bakteri dan tumbuhan tinggi parasitis. Virus yang ditularkan oleh vektor
serangga dapat dibedakan menjadi nonpersisten artinya begitu dihisap oleh serangga
segera dapat ditularkan ke tanaman lain, tetapi daya infektifnya cepat habis
dan yang persisten artinya agar dapat ditularkan ke tanaman lain memerlukan
waktu di dalam tubuh serangganya, tetapi kalau sudah ditularkan daya
infektifnya lama bahkan ada yang dapat diturunkan ke anak cucunya.
Virus
dapat di-inaktifkan dengan berbagai cara, antara lain dengan suhu baik rendah
maupun tinggi atau pembekuan serta pemanasan; radiasi dengan sinar X, sinar UV,
sinar radioaktif; dengan getaran ultrasonik; dengan penyimpangan; dengan
tekanan tinggi; dengan pengenceran; dengan perubahan pH dan bahan atau senyawa
yang berasal dari organisme lain.
Virus
dapat diberi nama menurut SMITH yaitu berdasarkan nama dari tanaman inangnya
dan bila pada tanaman itu terdapat banyak virus maka untuk membedakan virus
satu dengan virus yang lain dengan menggunakan nomer. Sedang menurut HOLMES
pemberian nama seperti pada organisme lain, misalnya Marmor saccaari sama
dengan Saccjarum virus 1, Galla fijlensis sama dengan Saccharum virus 2 dan
seterusnya.
Virus
yang dianggap sebagai suatu ordo dibagi menjadi tiga sub ordo berdasarkan
organisme yang diserangnya, yaitu sub ordo Phaginae yang menyerang bakteri,
Phytophaginae yang menyerang tumbuhan dan Zoophaginae yang menyerang hewan.
Dari sub ordo Phytophaginae ada beberapa genus yang penting misalnya Marmor
antara lain M. tabaci yang menyerang tembakau, M. theobromae yang
menyerang coklat, M. arachidis yang menyerang kacang tanah; genus Corium
misalnya C. solani yang menyerang Solanaceae; genus Nanus misalnya N.
sacchari yang menyerang tebu; genus Ruga misalnya R. tabaci yang
menyerang tembakau; genus Rimocortium misalnya R. psorosis penyebab
penyakit psorosis pada tanaman jeruk.
E.
NEMATODA
Nematoda
meskipun termasuk hewan tapi biasa kiita golongkan sebagai penyebab penyakit
karena gejala dan cara penyerangannya mirip dengan patogen lainnya. Nematoda
boleh diartikan sebagai cacing silindris yang tidak bersegmen (unsegmented
roundworm) meskipun sebenarnya nematoda berarti menyerupai benang (threadlike).
Namun demikian nematoda ini sangat berbeda dengan cacing yang lain. Nematoda
mempunyai sejumlah spesies yang sangat banyak.
Nematoda
ada yang bersifat saprofitis dan ada yang bersifat parasitis pada berbagai
organisme lain seperti serangga, ikan, burung, manusia, tumbuhan termasuk jamur
dan bakteri bahkan juga terhadap nematoda yang lain.
Daur
hidup nematoda pada umumnya sebagai berikut :
1.
nematoda
betina meletakkan telurnya dlam tanah atau di dalam tanaman inangnya,
2.
telur
yang menetas menghasilkan larva,
3.
larva
ini berkembang melalui empat tingkatan,
4.
setelah
larva terakhir terbentuklah nematoda dewasa yang dapat dibedakan menjadi jantan
dan betina.
Namun
demikian banyak nematoda yang hermaprodit, bahkan ada jenis yang jantannya
tidak pernah dijumpai.
Nematoda
yang menyerang tanaman adalah parasit obligat, oleh karena itu telurnya harus
diletakkan di dalam atau di dekat tanaman inangnya hingga segera setelah
menetas langsung mendapatkan makanannya. Di samping itu banyak telur nematoda
yang untuk penetasan telurnya memerlukan rangsangan dari tanaman inangnya,
dengan demikian sangat membantu kelangsungan hidupnya. Larva nematoda tidak
mampu bergerak lebih dari 1-2 kali dari telurnya setelah menetas.
Nematoda
parasit pada tanaman dapat dibedakan menjadi ectoparasit dan endoparasit.
Nematoda ectoparasit misalnya genus Trichodorus, Longidorus dan Xiphinema.
Ketiga nematoda ini selain menjadi patogen pada tumbuhan juga menjadi vektor
virus yang menyerang tumbuhan.
Nematoda
endoparasit ada dua golongan yaitu yang dapat berpindah tempat dan yang
menetap. Keduanya dapat dibedakan menjadi yang sebagian tubuhnya tenggelam ke
dalam jaringan tanaman iang dan yang seluruh tubuhnya tenggelam ke dalam
tumbuhan inangnya. Nematoda endoparasit yang dapat berpindah dan seluruh
tubuhnya tenggelam ke dalam tanaman, misalnya genus Radopholus, Ditylenchus dan
Aphilenchus sedang yang hanya sebagian tubuhnya yang tenggelam dalam tanaman,
misalnya genus Hoplolainus, Hellicotylenchus dan Rotylenchus.
Nematoda
endoparasit yang menetap dan seluruh tubuhnya tenggelam ke dalam tanaman
inangnya misalnya Meloidogyne dan Heterodera sedang yang hanya tenggelam
sebagian tubuhnya ke dalam tanaman inangnya misalnya Rotylenchus dan
Tylenchulus.
RANGKUMAN
Penyebab
penyakit atau patogen dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu Biotik
(parasit) dan Abiotik (fisiopat). Kelompok biotik terdiri dari Tumbuhan tinggi
parasitik, yang dapat bersifat parasit sejati dan setengah parasit; Jamur yang
terdiri dari jamur yang hifanya coenocystis yaitu Phycomycetes, dan jamur yang
hifanya celluleer. Jamur ini dapat dibedakan menjadi jamur yang
perkembangbiakannya hanya secara sexual saja yaitu Deuteromycetes atau fungsi
Imperfecti dan jamur yang perkembangbiakannya secara asexual dan sexual. Jamur
ini dapat dibedakan menjadi yang perkembangbiakannya sexual dengan ascospora
yaitu Ascomycetes dan yang dengan basidiospora yaitu Basidiomycetes. Bakteri
terdiri dari lima ordo tetapi yang penting untuk penyakit tumbuhan hanya ordo
Eubacteriales dan Actiomycetales. Genus bakteri yang penting adalah
Xanthomonas, Pseudomonas, Erwinia, Bacterium dan Streptomyces. Virus adalah
mikroorganisme sub mikroskopis yang terdiri dari senyawa nucleoprotein, yang
tersusun dari asam inti dan putih telur. Virus dapat diberi nama menurut SMITH
yaitu berdasarkan tanaman inang yang diserangnya dan menurut HOLMES yaitu
sesuai dengan pemberian nama organisme lainnya. Virus dapat disebarkan dan
ditularkan serta di-inaktifkan dengan berbagai cara. Nematoda adalah cacing
silindris yang tidak bersegmen, ada yang hidupnya secara saaprofitis dan ada
yang parasitis. Yang parasitik dapat dibedakan menjadi ecto dan endoparasit.
Yang Endoparasit ada yang dapat berpindah tempat dan ada yang menetap, keduanya
dapat dikelompokkan menjadi yang tubuhnya tenggelam ke dalam tanaman inang
sebagian saja dan yang tenggelam seluruhnya.
4. PERKEMBANGAN PENYAKIT
A.
Konsep
Segitiga Penyakit
Berkembangnya suatu penyaklit pada suatu tanaman
terjadi dari interaksi tiga faktor yang terkenal dengan Konsep Segitiga
Penyakit. Interaksi tiga faktor itu adalah :
I I
= inang
P =
pathogen
P
L L = lingkungan
Faktor
tanaman inang dipengaruhi oleh :
Jenis atau varietas tanaman yang menjadi inang suatu
penyakit
Stadia rentan tanaman inang tersebut serhadap suatu
penyakit.
Faktor pathogen dipengaruhi oleh :
Jumlah inokulum/propagul.
Ras virulensi
Stadia pathogen
Sedangkan
lingkungan yang berpengaruh pada perkembangan penyakit meliputi :
Abiotik yaitu suhu, kelembaban, cahaya matahari, pH
(keasaman)
Biotik misalnya adanya mikro organisme antagonis
atau organisme yang mungkin mengeluarkan racun yang dapat menghambat
pertumbuhan pathogen
Terjadinya
penyakit pada suatu tanaman apabila tiga faktor tersebut dalam keadaan :
Inang yang rentan.
Pathogen yang virulen.
Lingkungan yang cocok
B.
Epidemi
Epidemi
yaitu meningkatnya penyakit dalam suatu populasi tumbuhan yang rentan.
Terjadinya epidemi apabila :
Terdapat sejumlah besar inang yang rentan
Inokulum dalam keadaan virulen yang berlebihan.
Kondisi lingkungan yang cocok yang berlangsung dalam
waktu relatif cukup lama.
Untuk
menghindari terjadinya epidemi di suatu daerah dapat diusahakan dengan
peramalan epidemi. Yaitu pendugaan dari kejadian yang akan datang, secara
sederhana menceritakan sesuatu penyakit yang akan datang.
Metode
yang digunakan dalam peramalan didasarkan pada :
a.
Kondisi
cuaca selama bulan-bulan antar waktu tanam terutama yang berpengaruh terhadap
ketahanan hidup dari inokulum.
b.
Kondisi
cuaca selama masa tanam.
c.
Banyaknya
penyakit pada tanaman.
d.
Banyaknya
inokulum pathogen di udara, tanah dan
bahan tanaman.
Pada
peramalan epidemi peranan pengamatan penyakit tanaman dalam metode pengendalian
sangat penting baik pengamatan secara langsung dan tidak langsung maupun
pengamatan dalam kaitan dengan pengendaliannya.
Dengan
adanya peramalan ini dapat dilakukan usaha-usaha untuk tidak terjadinya epidemi
dengan mengantisipasi faktor-faktor yang mendukung terjadinya epidemi tersebut.
5. KONSEP PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN
Konsep
pengendalian penyakit tanaman meliputi :
1.
Prinsip
pengendalian yaitu pedoman atau pegangan dari suatu tindakan pengendalian.
2.
Strategi
pengendalian merupakan perencanaan atau managemen pelaksanaan dari usaha
pengendalian.
3.
Taktik
Pengendalian yaitu ilmu pengetahuan khusus yang digunakan untuk tujuan praktek
pengendalian.
4.
Aplikasi
Pengendalian yaitu prosedur pengendalian yang dapat dilaksanakan di lapangan.
PRINSIP
PENGENDALIAN
Pengendalian
penyakit tanaman pada prinsipnya digolongkan menjadi :
1.
EKSKLUSI
yaitu usaha mencegah masuknya penyakit ke daerah baru.
2.
ERADIKASI
yaitu menurunkan, menginaktifkan atau membasmi pathogen.
3.
PROTEKSI
yaitu usaha memberi perlindungan pada tanaman atau menghalangi terjadinya
kontak antara inang dengan pathogen.
4.
RESISTENSI
yaitu usaha untuk mengurangi perusakan penyakit melalui inang dengan membuat
ketahanan pada inang tersebut.
PRINSIP
|
STRATEGI
|
Teknik/Taktik
|
1. Ekslusi (mencegah)
|
Prohibisi (larangan)
|
Karantina
|
|
Intersepsi (menghalangi)
|
Karantina
Uji kesehatan tanaman
|
|
Eliminasi (menghapus)
|
Sertifikasi
Disinfeksi
|
2. Eradikasi (membasmi)
|
Removal
(pemindahan / penghapusan)
|
Pemeriksaan perkebunan/kebun buah
|
|
Eliminasi (menghapus)
|
Membinasakan inang alternatif
|
|
|
Pemeliharaan organisme antagonis
|
|
|
Meniadakan makanan pokok
|
|
Destruksi (membinasakan)
|
Kimia
Api
Pengerjaan tanah
|
3.
Proteksi(perlindungan)
|
Mencegah infeksi
|
Penggunaan fungisida
|
|
Menghindarkan infeksi
|
Modifikasi lingkungan
|
|
|
Modifikasi cara bercocok tanam
|
4.
Resistensi (ketahanan)
|
Mengembangkan tanaman tahan
|
Seleksi
Hibridikasi
|
|
|
Irradiasi
|
|
Proteksi silang
|
Mengurangi virulensi
|
Aplikasi
pengendalian yang dapat diterapkan di lapangan :
A.
Pada
Taktik Karantina
1.
Dengan
pelarangan pemasukan bahan perbanyakan tanaman darai luar negeri atau luar
daerah. Misalnya : Penyakit darah pada pisang yang disebabkan Pseudomonas
celebensis yang diatur dalam Lembaran Negara No 532 tanggal 10 September
1921 yang isinya melarang membawa perbanyakan tanaman pisang dari daerah
Sulawesi, untuk mencegah penyebaran penyakit tersebut.
2.
Pemeriksaan
di perbatasan terhadap lalu lintas tanaman. Untuk menghalangi masuknya penyakit
ke daerah baru.
B.
Taktik
Pengendalian dengan Uji Kesehatan Tanaman dilakukan dengan penggunaan biji yang
bebas penyakit misalnya perlakuan biji jagung dengan Ridomil untuk membebaskan
dari penyakit bulai Sclerospora maydis.
C.
Taktik
Pengendalian Sertifikasi. Aplikasinya di lapangan dilakukan dengan:
1.
Pemberian
sertifikat tanaman sehat.
2.
Menghilangkan
tanaman berpenyakit.
D.
Taktik
Pengendalian dengan Desinfeksi. Aplikasinya di lapangan dengan :
1.
Perlakuan
biji dengan bahan kimia misalnya biji kapas yang dicelup Subimat untuk
mematikan Xanthomonas malvacearum penyebab penyakit bercak daun
bersudut.
2.
Perlakuan
dengan air panas, misalnya biji kubis yang dicelup air panas 50 0C
selama 30 menit untuk mengatasi Xanthomonas campestris penyebab penyakit
busuk hitam.
E.
Taktik
Pengendalian dengan Pemeriksaaan pada Kebun Pemeliharaan Tanaman maupun
Kebun-kebun Buah, dengan aplikasi pengendalian :
1.
Deteksi
pada cabang-cabang terinfeksi.
2.
Membinasakan
tanaman terinfeksi.
F.
Taktik
Pengendalian Pembinasaan Inang Alternatif dilakukan aplikasi pengendalian dengan
membinasakan gulma inang yaitu gulma-gulma yang mungkin menjadi inang dari
suatu penyakit.
G.
Taktik
Pengendalian dengan Pemeliharaan Antagonis. Dilakukan aplikasi pengendalian
dengan menggunakan tanaman antagonis sebagai tanaman sela misalnya tanaman Tagetus
sp. atau penggunaan organisme antagonis terhadap patogen misalnya Trichoderma
sp.
H.
Taktik
Pengendalian dengan Meniadakan Makanan Utama. Aplikasinya di lapangan dilakukan
dengan pergiliran tanaman yaitu menanam tanaman digilir dengan tanaman yang
bukan menjadi inang dari penyakit utama.
I.
Taktik Pengendalian Secara Kimia. Aplikasinya
dilakukan dengan :
1.
Fumigasi
tanah dengan bahan kimia misalnya untuk nematoda puru akar.
2.
Eradikasi
dengan bahan kimia.
J.
Taktik
Pengendalian dengan Api. Aplikasi pengendaliannya dilakukan dengan :
1.
Membinasakan
tanaman terinfeksi dengan dibakar. Misalnya penyakit kanker pada tanaman jeruk.
2.
Membinasakan
tanaman alternatif.
3.
Membinasakan
tanaman residu.
K.
Taktik
Pengandalian dengan Pengerjaan Tanah. Aplikasinya dengan menghilangkan tanaman
terinfeksi.
L.
Taktik
Pengendalian dengan Pengembangan Fungisida. Aplikasinya dilakukan dengan :
1.
Penyemprotan
tanaman dengan fungisida.
2.
Penghembusan
tanaman dengan fungisida.
M.
Taktik
Pengendalian dengan Modifikasi Lingkungan. Aplikasi pengendaliannya dengan :
1.
Pemotongan
dahan pohon pelindung untuk mengurangi kelembaban misalnya penyakit cacar daun
teh.
2.
Mengurangi
tajuk tanaman agar sinar matahari cukup.
3.
Mengubah
pH tanah agar tidak sesuai dengan kebutuhan pathogen, misalnya penyakit kudis pada
kentang dengan pemberian belerang untuk menurunkan pH, menaikkan pH dengan
pengapuran untuk mengatasi penyakit akar gada pada kubis.
N.
Taktik
Pengendalian dengan Modifikasi Cara Bercocok Tanam. Aplikasinya dilakukan
dengan :
Tanggal penanaman yang diatur. Misalnya penanaman
jagung dimajukan untuk menghindari Sclerospora maydis penyebab penyakit
bulai sehingga pada waktu musim
penghujan datang saat penyakit bulai berkembang, tanaman jagung sudah cukup
tahan terhadap penyakit.
O.
Taktik
Pengendalian Seleksi. Aplikasinya dilakukan dengan pemuliaan selektif.
P.
Taktik
Pengendalian Hibridisasi. Aplikasinya dilakukan dengan pemuliaan silang.
Q.
Taktik
Pengendalian Irradiasi. Aplikasinya dilakukan dengan mutasi terinduksi.
R.
Taktik
Pengendalian dengan Pengurangan Virulensi. Aplikasinya dilakukan dengan
ketahanan terinduksi. Misalnya tanaman
tembakau terhadap penyakit layu Pseudomonas solanacearum. Tanamn
tembakau diperlakukan/diinokulasi dengan Psudomonas solacearum dari
strain yang lemah (a virulen) sehingga tanaman akan terlindungi bila Psudomonas
solacearum dari strain yang kuat (virulen) menyerang.
No comments:
Post a Comment