Khasanah Plasma Nutfah Nabati Indonesia
A. Pengertian Plasma Nutfah
Plasma nutfah adalah substansi yang
terdapat dalam setiap makhluk hidup dan merupakan sumber sifat keturunan yang
dapat dimanfaatkan dan dikembangkan atau ditarik untuk menciptakan jenis unggul
atau kultivar baru. Termasuk dalam kelompok ini adalah semua kultivar unggul
masa kini atau masa lampau, kultivar primitif, jenis yang sudah dimanfaatkan
tapi belum dibudidayakan, jenis liar kerabat jenis budidaya dan jenis-jenis
budidaya.
B. Luas Area Dan Keragaman Plasma Nutfah
Indonesia termasuk wilayah propinsi
botani Malaysia yang keseluruhannya meliputi semenanjung Malya, kepulauan
Philipina, Indonesia dan Papua Nugini tanpa pulau-pulau Colomon, luasnya ±
mencapai 3.000.000 km2, meliputi sepertujuh panjang katulistiwa,
kebanyakan daerahnya lembab. Secara biologi daerah propinsi ini termasuk kaya
karena diduga dihuni oleh ±
35.000 jenis tumbuhan atau sekitar 10% dari seluruh jenis tumbuhan yang hidup
di dunia saat sekarang. Kekayaan di daerah ini dapat dibuktikan dengan
membandingkan antara pulau Jawa dan Inggris raya yang luasnya 4 x Pulau Jawa
hanya dihui oleh 1.500 tumbuhan.
Di Indonesia tempat tumbuh plasma
nutfah nabati sebagian besar merupakan hutan tropik, sehingga kaya akan suku
dari tumbuh-tumbuhan yang khas tropik seperti Dipterocarpaceae, Sapotaceae,
Ebenaceae, Myristicaceae, Meliaceae, Zingiberaceae, Palmae, Moraceae,
Rhizopphoraceae, Padananceae dan lain-lain. Di daerah-daerah pegunungan terdapat
suku-suku yang mirip suku yang ada pada belahan bumi utara seperti Fagaceae,
Rosaceae, Lauraceae, Theaceae dan lain-lain.
Di kawasan
Indonesia juga dapat tumbuh dengan subur jenis-jenis tumbuhan, epifit, bambu
dan benalu, Rafflesia, cendana, ficus dan lain-lain.
Dasar pengetahuan botani atau untuk
dapat dikenal secara botani, daerah seluas 100 km2 diperlukan
koleksi herbarium sebanyak 100 nomor.
Di Propinsi
Malaesia sudah terkumpul ±
1.000.000 nomor koleksi. Ini berarti bahwa untuk dapat dikatakan kekayaan yang
ada dapat dikenal secara sempurna masih
diperlukan 2.000.000 nomor koleksi lagi, dan koleksi ini kebanyakan bersifat
koleksi botani, maksudnya untuk tanaman-tanaman budidaya dan
kultivar-kultivarnya masih belum ditangani.
C. Bentuk Wadah Dan Macam Plasma Nutfah
Wadah plasma nutfah secara alami
berupa ekosistem, dari jenis yang liar dapat berupa hutan, savana, semak,
padang rumput, semi padang pasir dan sebagainya.
Macam plasma nutfah, selain berupa
jenis tumbuhan liar juga varietas primitif, varietas pembawa sumber sifat yang
khusus, varietas unggul yang sudah kuno dan varietas unggul masa kini.
1. Jenis liar atas dasar sejarah pembudidayaan dan
penggunaan potensinya dapat digolong-kan menjadi tiga kelompok yaitu :
- Jenis-jenis yang mungkin mempunyai nilai ekonomi,
tetapi sama sekali belum mem-budidayakan atau dipetik hasilnya.
- Jenis-jenis yang sudah dipetik dan dimanfaatkan
hasilnya tetapi belum atau tidak di-budidayakan.
- Jenis-jenis yang tidak dipetik hasilnya, akan tetapi
setelah mengalami atau melalui hi-bridisasi baru kemudian dibudidayakan dan
dimanfaatkan.
2. Varietas
primitif
Semua jenis yang dibudidayakan
secara langsung atau tidak berasal dari liar. Varietas primitif adalah kultivar
yang pembudidayaannya masih sederhana, belum mengalami pemuliaan. Tumbuhannya
yang termasuk kelompok ini biasanya di daerah tumbuhnya mempunyai daya daptasi
yang lebih baik, lebih tahan terhadap tekanan lingkungan yang bersifat fisik
maupun biologi.
Hal ini dimungkinkan karena sudah ada seleksi gen secara alamiah yang
tahan terhadap dingin, panas, hama ataupun penyakit di daerah tumbuh.
3. Varietas
sumber sifat yang khusus
Kultivar yang mempunyai kelebihan
dalam sifat-sifat tertentu, misalnya kepekaannya terhadap pemupukan. Sinar
ketahanan terhadap hama atau penyakit tertentu atau sifat khusus yang lain
seperti produksi.
4. Varietas
unggul
Karena kemajuan di bidang pemuliaan,
varietas unggul dapat diciptakan dengan merakit sifat-sifat yang baik dari
beberapa sumber plasma nutfah.
Semakin besar sifat keanekaragaman yang dimilikinya, akan semakin bebas
pemulia untuk merakit sifat-sifat yang
baik. Dengan silih bergantinya zaman, varietas unggul tidak dapat
langgeng bertahan dipakai oleh petani. Memang pada saat tertentu atau pada
kondisi yang memadai varietas unggul mampu mengatasi atau melebihi hasil
varietas lain, akan tetapi pada kondisi yang lain untuk lingkungan yang kurang
menguntungkan misalnya munculnya kembali penyakit atau hama di daerah
penanamannya dapat memukul parah bahkan mengakibatkan fatal.
Hal ini dapat disadari sebagai akibat kehogenan sifat gennya yang tinggi,
varietas unggul peka terhadap lingkungan yang kurang menguntungkan.
Dengan
pergantian varietas unggul-unggul dari masa ke masa, maka dikenal varietas
unggul masa kini dan varietas unggul masa lampau atau yang sudah kuno.
D. Permasalahan Kelestarian Plasma Nutfah
Nabati
Sebagai salah satu sumber daya alam,
pengelolaan pemanfaatan plasma nutfah sekarang ini dirasakan kurang sempurna
yaitu banyak mengalami erosi yang menyebabkan berkurangnya dan hilangnya
jenis-jenis tertentu.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya erosi plasma nutfah nabati antara lain adalah :
1. Timbulnya peledakan penduduk yang sangat besar,
yang menyebabkan perlunya perluas-an daerah permukiman di daerah-daerah
pertanian yang mengakibatkan terjadinya penggusuran tempat tumbuh plasma
nutfah.
2. Terjadinya eksploitasi hutan yang kebanyakan
dilakukan dengan tidak memperhatikan kelestarian plasma nutfah yang
dikandungnya, sehingga banyak jenis-jenis pohon yang mengalami erosi genetika
seperti kayu olin, cendana, sawo, kecik. Di samping itu eksploitasi hutan juga
berakibat merusak habitat hewan dan tumbuhan lain seperti jenis-jenis anggrek,
paku-pakuan, rotan dan tanaman perdu yang lain.
3. Timbulnya tehnologi modern yang sering
mengakibatkan terdesaknya bahan alam oleh bahan sintesis, sehingga membahayakan
kelestarian plasma nutfah tertentu seperti tarum dan golongan serat-seratan.
4. Penggunaan tumbuhan untuk keperluan industri yang
sering dilakukan secara besar-besaran tanpa memperhatikan peremajaan, misalnya
golongan temu-temuan, kedawung, rotan, tengkawan.
Semua kegiatan di atas adalah
merupakan beberapa contoh yang dapat menyebabkan terjadinya erosi plasma nutfah
nabati, sehingga apabila proses tersebut terus berlangsung tanpa adanya usaha
untuk mengatasinya, akan kehilangan beberapa jeis-jenis tertentu yang berarti
juga kehilangan sebagian sumbernya alam.
Sebagai akibat terjadinya erosi
genetika mengakibatkan timbulnya kelangkaan pada jenis-jenis tertentu, untuk
mengetahui tingkat kelangkaan dari suatu jenis plasma nutfah nabati, dikenal
ada 5 macam katagori yaitu :
1. Extinct (punah) adalah sebutan yang diberikan pada
tumbuhan yang telah musnah atau hilang sama sekali dari permukiman bumi.
2. Endangeret (genting) adalah sebutan untuk jenis
yang sudah terancam kepunahan dan tidak akan dapat bertahan tanpa perlindungan
yang ketat untuk menyelamatkan kelangsungan hidupnya. Contoh : Rafflesia arnoldii dan purwoceng
(Pimpinella pruatjan).
3. Vulnerable (rawan) katagori ini untuk jenis yang
tidak segera terancam kepunahan tetapi terdapa dalam jumlah yang sedikit dan
eksploitasinya terus berjalan sehingga perlu dilindungi contohnya adalah :
cendana (Satalum album) kayubesi (Eusideroxylon ewageri) dan ki koneng (Arcangelisis flava).
4. Rare (jarang) sebutan untuk jenis yang populasinya
besar tetapi terbesar secara lokal atau daerah penyebarannya luas tapi tidak
sering dijumpai, serta mengalami erosi yang berat. Contohnya : sawo kecik (Munilkara kauki), kedawung (Parkia roxburghii) dan pulai pandak (Rauvolfia serpentina).
5. Indeterminate (terkikis) sebutan untuk jenis yang
jelas mengalami proses pelangkaan tetapi informasi keadaan sebenarnya belum
mencukupi, sebagian besar jenis-jenis plasma nutfah nabati yang langka termasuk
katagori ini.
E. Metode Pelestarian Plasma Nutfah Nabati
Dalam penggunan sumber daya
genetika, eksplorasi dan pelestarian adalah merupa-kan kegiatan pokok yang
dwitunggal di dalam penyelamatan plasma nutfah. Eksplorasi menyelamatkan sumber
daya yang ada di lapangan, pelestarian menyelamatkan koleksi yang baru dan yang
sudah ada. Apabila dalam eksplorasi diperlukan mekanisme kegiatan yang terarah
di lapangan yang seluas mungkin, sedangkan yang diperlukan dalam pelestarian
adalah keefektifan organisasinya. Dalam kegiatan mengadakan eksplorasi,
pengumpulan, evaluasi dan pelestarian plasma nutfah tersebut dimaksudkan untuk
mencadangkan setiap nama koleksi yang juga dapat digunakan dalam mencari dan
menciptakan bibit unggul baru melalui seleksi atau persilangan-pesilangan.
Strategi pelestaria plasma nutfah
nabati dapat berciri :
1. Genotin
tunggal atau populasi.
2. Tumbuhan
hidup, biji, tepung sari, biakan jaringan atau meristem.
3. Satu,
beberapa atau banyak jenis ekonomi.
4. Bersifat
nasional, regional atau internasional.
5. Dalam bentuk
koleksi dasar (base collection) atau koleksi aktif.
Dalam pelaksanaan strategi
pelestarian biasanya timbul permasalahan-permasalahan sebagai akibat adanya
faktor-faktor pembatas antara lain meliputi :
1. Masalah biasa
yang menyangkut keuangan.
2. Hama dan
penyakit.
3. Kemungkinan
akan kehilangan kesempurnaan genetik.
4. Daur
peremajaan.
5. Keterbatasan
tenaga dan tehnik.
Sehingga untuk mencapai keberhasilan dalam pelestarian, dalam
pelaksanaannya harus selalu diikuti dengan pemecahan masalah-masalah yang
timbul.
Metode pelestarian plasma nutfah
nabati ada 2 bentuk yaitu yang disebut pelestarian IN SITU dan EX SITU.
1. Pelestarian
in situ
Cara pelestarian ini adalah
melestarikan plasma nutfah di dalam komunitasnya, di dalam biotanya. Cara
pelestarian ini pada umumnya cocok untuk jenis-jenis liar, sebab untuk
pelestarian jenis liar sering timbul adanya kesukaran-kesukaran yang disebabkan
:
- Faktor
adaptasi terhadap daerah dan iklim yang baru.
- Faktor hama
dan penyakit.
- Ukuran
perawakan dan daur hidupnya.
Pelestarian secara in situ yang umum dilakukan adalah dengan cagar alam
atau daerah lindung.
Pengawasan plasma nutfah di daerah lindung harus dilakukan secara teratur
dan berkesinambungan.
Pelestarian secara in situ dilaksanakan dalam hutan, semak, savana, stepa
atau biota yang lain, jadi cara pelestarian ini dalam bentuk koleksi tumbuhan
hidup. Sehubungan dengan tujuan pelestarian plasma nutfah yang ada, maka
pengelolaan hutan seharusnya : keseimbangan ekosistem dijaga sestabil mungkin
guna melindungi plasma nutfah yang belum diusahakan.
2. Pelestaria ex
situ
Pelaksanaan cara pelestarian ini
adalah dengan mengeluarkan plasma nutfah dari wadahnya, ekosistemnya atau
biotanya, dan cara ini akan dapat dianggap berhasil baik dan murah apabila yang
dilestarikan dapat ditekan sampai tingkat yang minimal.
Ada beberapa
bentuk dalam pelestarian secara ex situ :
- Koleksi
tumbuhan hidup
Cara ini dapat dilakukan pada kebun raya, Arboreta, kebun buah-buahan,
kebun tanaman luar (introduksi), stasiun/kebun pemuliaan dan kebun-kebun yang
lain.
- Bentuk
penyimpanan biji
Pelestarian dalam bentuk penyimpanan biji harus diperhatikan jenis biji
yang akan disimpan, sebab atas dasar sifatnya ada 2 kelompok jenis biji yaitu :
a. Jenis yang orthodog yaitu jenis biji yang bereaksi
positif terhadap pengeringan dan pendinginan atau juga disebut mempunyai
kepekaan positif terhadap suhu rendah, pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
- penurunan kadar air sampai 5%
- suhu penyimpanan 10°C, atau lebih baik 0°sampai 20°C
- disimpan di tempat yang gelap, tidak terjadi
pertukaran uap air, gas dan kelembaban udara kurang dari 70%, tempat
penyimpanan dapat berupa kaleng, gelas atau kantong aluminium.
- tekanan O2 dijaga serendah mungkin dan CO2
setinggi mungkin
b. Jenis yang rekalasitranya itu jenis biji yang
bereaksi negatif terhadap pengeringan dan mungkin juga dengan pendinginan.
Jenis ini banyak terdapat pada pertumbuhan tropis yang tumbuh di hutan atau
daerah basah. Contoh : Cola, Artocarpus, Coffea, Theobroma, Havea dan
macam-macam palmae, cara penyimpanan setiap jenis mempunyai persyaratan yang
berbeda dengan jenis yang lain. Sehingga perlu penelitian yang lebih intensif.
- Bentuk penyimpanan tepung sari
Seperti penyimpanan kebanyakan biji, dalam penyimpanan tepung sari, daya
hidupnya akan lebih panjang apabila diperlukan penurunan suhu penyimpanan,
kadar air dan tekanan O. Yang masih sulit dijumpai adalah untuk penyimpanan
dari jenis Gramineae, Alismataceae dan Cyperaceae.
- Bentuk penyimpanan persediaan meristem dan jaringan
Dalam bentuk penyimpanan ini daya berkembangnya ditekan sekecil mungkin
atau dihilangkan sama sekali tetapi daya hidupnya dipertahankan sebaik mungkin.
Keuntungan dari cara ini adalah :
- Ruang yang diperlukan relatif sempit.
- Pemeliharaan murah dan sederhana.
- Tidak ada erodi genetika.
- Potensi perbanyakan tinggi.
- Yang bebas dari pathogen dapat dipelihara dan diperbanyak.
Kesulitannya adalah :
- Tidak semua jenis dapat dilakukan dengan cara ini.
- Regenerasi tumbuhan dari jaringan tidak selalu berhasil.
- Potensi perkembangan bentuk dapat hilang pada jangka penyimpanan
tertentu.
Penyimpanan pada suhu rendah dimungkinkan lebih berhasil (suhu nitrogen
cair -196°C).
Pelestarian plasma nutfah yang tidak dalam bentuk tanaman hidup, akan selalu
disertai satu contoh herbarium yang sering disebut voecher atau herbarium
acuan. Herbarium tersebut diperlukan sebagai jalan untuk mendeterminasi contoh
yang dikumpulkan untuk keperluan penelitian.
No comments:
Post a Comment